Temukan 7 Rahasia Website Menghasilkan Duit

Saturday, March 22, 2014

Hati

berbagi berkah, artikel islam
Hati

Hati - Kalau jantung menjadi pengontrol raga, maka hati menjadi pengendali jiwa. Jika detak jantung berperan vital bagi kualitas kesehataan tubuh, maka hati menjadi barometer jiwa. Bagi anggota tubuh, hati tak sekedar barometer tapi juga pengendali jiwa.

    Begitu pentingnya masalah hati, tak heran kalau Aa Gym menjadikan kata ini sebagai brand lembaganya. Beliau menyebut sistem bisnis dan usahanya dengan manajemen qalbu. Manajemen hati. Yusuf Mansur juga tak mau ketiggalan beliau juga meletakan kata ‘hati’ pada lembaga yang beliau pimpin : Wisata Hati.

Bagi anggota tubuh, hati adalah barometer kesehatan jiwa. Jika penyakit sudah bersarang di hati seseorang, maka jiwanya akan terganggu. Penyakit riya’, dengki dan sombong yang mengotori hati akan membuat kondisi jiwa seseorang tidak sehat. Jiwanya tidak stabil.

Inilah makna hadits Rasulullah sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim, dalam jasad seseorang ada sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati. Ya, hati.

Seperti tubuh, hati menjadi barometer kesehatan jiwa. Demikian juga dengan kondisi masyarakat. Bagaimana kondisi kalian, begitulah kondisi kalian dipimpin. Kalau masyarakat adalah tubuh maka hati merupakan pemimpinya.

Kita tak mungkin bisa melahirkan pemimpin jujur kalau keseharian kita berselimut

kebohongan. Kita tak mungkin mendapatkan pemimpin amanah kalau keseharian kita berkubang kemunafikan. Pemimpin jujur dan amanah, lahir dari masyarakat yang terpercaya.

    Inilah yang menjelaskan mengapa para sahabat Rasulullah saw tidak kesulitan menemukan pemimpin setelah beliau wafat. Sebab, Rasulullah saw telah mempersiapkannya. Beliau telah mengkader para sahabatnya. Kemampuan mereka telah berada diatas rata-rata. Hampir semua dari mereka, begitu. Secara moral dan professional mereka baik. Para sahabat nabi adalah penghapal al-qur’an, berakhlak mulia dam memiliki komitmen yang tinggi terhadap kebenaran. Jadi, siapapun yang terpilih menjadi pemimpin, ia telah memenuhi syarat kelayakan. Yang diperlukan hanyalah menyesuaikan karakter pemimpin dengan zamannya. Tugas para sahabat kala itu adalah memilih orang-orang baik diantara orang-orang baik.

    Kalau kini kita kesulitan mendapatkan pemimpin yang layak, sangat sangat bisa dijelaskan. Kondisi masyarakat kita saat ini memang tak bisa melahirkan pemimpin baik.

    Tugas kita adalah mengkondisikan Rahim masyarakat agar layak untuk melahirkan pemimpin. Itu, tak bisa seperti main sulap dengan membaca “simsalabim, abracadabra,” lantas semua berubah. Bukan juga seperti kerja sangkuriang yang diminta merampungkan kerja dalam waktu semalam sebelum ayam jantan berkokok. Ia butuh tahapan, ia butuh waktu.

Semoga hati anda terhibur.

Monday, March 17, 2014

Multimedia Nero Suit 11Full Download

berbagi berberkah, full sofwear, free ebook
multimedia nero suit 11
Multimedia nero suit 11Full ini adalah aplikasi yang paling banyak digunakan bagi para editing video, photo, burning video, konversi video dan lainya.

ge dah langsung aja download app nero suit 11 nya DISINI

Friday, February 28, 2014

Buat Apa Sholat?

berbagi berkah, free ebook, info bisnis
Buat Apa Sholat?
Buat Apa Sholat? Kecuali Jika Anda Hendak Mendapatkan Kebahagiaan dan Ketenangan Hidup.
SAYA tulis rangkaian tulisan sederhana ini untuk beberapa
tujuan:
Pertama
, untuk diri saya sendiri. Umur saya hampir se-
tengah abad saat ini. Tapi, kenikmatan dan penghayatan shalat—
saya memohon ampun kepada Allah—belum benar-benar saya
rasakan. Ter
kadang, meski rasanya saya tak pernah meragukan
kewajiban melakukan shalat dan kebijaksanaan Zat yang me-
wajibkan syariat ini, saya bahkan bertanya-tanya: mengapa sha-
lat demikian ditekankan dalam ajaran Islam dibanding dengan
penanaman dan praktik akhlak mulia, atau aktivitas-aktivitas
konkret melakukan perbaikan dan membantu orang lain di
berbagai bidang kehidupan?
Kedua
, saya mendapati sekelompok Muslim, termasuk di
negeri kita, yang mulai kehilangan keyakinan kepada shalat
sebagai suatu unsur penting dari keislaman seseorang. Orang-
orang yang menyebut diri mereka liberal ini, sampai-sampai
sejauh mempromosikan semacam fideisme Islam. Yakni, ber-
agama, dalam hal ini ber-Islam, sebatas keimanan personal—
dan “rasional”—tanpa ritual-ritual. Buat Apa Sholat?
Ketiga
, saya juga mendapati, di tengah kegairahan orang
kota untuk bertasawuf dan mengikuti berbagai paguyuban
tarekat, ada kecenderungan untuk menekankan spiritualitas
tanpa ritus. Mereka, sebagaimana yang dituduhkan oleh se-
bagian or
ang yang antitasawuf, merasa telah lebih mementing-
kan hakikat (hubungan manusia dengan Allah) daripada sya-
riat (kewajiban-kewajiban ritual)—seolah-olah hakikat sedemi-
kian dapat dicapai tanpa syariat. (Dan seolah-olah para sufi besar
yang menjadi panutan berbagai tarekat itu tak mementing-
kan syariat, khususnya shalat.)
Nah, saya mendapati cara yang paling efektif untuk me-
respons ketiga hal di atas adalah dengan menyajikan suatu
rangkaian tulisan yang dapat menjelaskan hakikat dan makna
shalat yang sebenarnya, lebih dari sekadar memahaminya de-
ngan pemahaman superfisial biasa. Yakni, pemahaman yang,
meski sepenuhnya bersandar pada Al-Quran dan Sunnah,
bersifat rasional, intelektual, dan spiritual. Karena, meski barang-
kali
terkadang ada juga yang mengingkari shalat semata-mata
sebagai wujud sikap
khâlif tudzkar
(berbeda agar diingat),
atau cuma malas saja, sebagian lainnya mungkin memang belum
dapat memahami dan merasakan nilai dan manfaat shalat.

Dari sini, terbayanglah dalam pikiran saya bahwa buku ini,
selain mengungkapkan penafsiran yang lebih menukik terha-
dap ritus shalat, juga menyajikan pandangan para sufi atau
‘ârif
(gnostik, ahli pengetahuan ruhani atau batin), yang tak bisa
dibantah kedalaman perenungan mereka. Penyajian pandang-
an kaum sufi atau
‘ârif
ini sekaligus dapat merespons sedikitnya
dua masalah yang saya sebutkan di awal tulisan ini. Yakni, me-
muasi keperluan personal saya, mengingat saya adalah peminat
dan pengagum pemikiran para sufi seperti ini, dan mengingat
para pengikut tarekat tersebut di atas tak akan dapat meng-
elak dari menghormati pandangan para tokoh ini (kecuali
kalau mereka merasa lebih bijak dari para sufi itu). Saya me-
nyisipkan pula pandangan Ibn Sina yang, meski seorang filosof
yang rasional, dikenal pula dengan kecenderungan sufistik
atau ‘irfaninya.
Dengan mengungkapkan pemahaman seperti ini, diharap-
kan bu
kan saja kita akan dapat menangkap dengan lebih baik
hakikat dan makna shalat, kita dapat juga menginternalisasi-
kan perenungan kaum sufi dan
‘ârif
tersebut di dalam diri kita
agar k
ita benar-benar dapat mengalami pertemuan dengan
Allah Swt. lewat ibadah yang satu ini. Karena, bukankah per-
temuan dengan Allah inilah yang menjadi tujuan puncak pe-
laksanaan shalat, dan juga puncak dari upaya
mujâhadah
kaum
sufi dan
‘ârif
ini? Saya sendiri, ketika menuliskannya, merasa
mendapatkan tambatan yang kuat, dalam pemikiran dan
pandangan kaum sufi ini, bagi upaya untuk dapat melakukan
shalat dengan khusyuk atau dengan kehadiran hati, meng-
ingat—seperti akan dibahas di dalam salah satu tulisan dalam
buku ini juga—kekhusyukan merupakan syarat bagi shalat
yang sesungguhnya.
Namun, jika boleh, baiklah saya sampaikan di sini sedikit
peringatan—saya enggan untuk menyebutnya nasihat—yang
saya petik dari pengalaman saya sendiri. Betapapun secara men-
tal dan spir
itual kita telah mampu sedikit banyak memahami
hakikat dan nilai shalat,
tetap saja suatu disiplin yang kuat
diperlukan untuk ini. Karena, di samping kemampuan pikiran
dan ruhani kita untuk menyugesti tindakan, ada juga kekuatan
lain—biasa disebut sebagai dorongan keburukan atau bisikan
setan—yang akan menghalang-halangi sugesti itu untuk ter-
wujud dalam kenyataan. Disiplin inilah yang perlu terus diasah
dan dilatih agar pada akhirnya jiwa kita benar-benar dapat me-
naklukkan kecenderungan untuk tidak menjalankan ajaran
dari Sang Mahabijak ini. Inilah yang dalam tasawuf disebut
sebagai
riyâdhah
atau
tarbiyah nafsiyyah
(latihan atau pendidikan
kejiwaan).
Mudah-mudahan, dengan pemahaman yang benar, niat
yang kuat, dan disiplin yang merupakan buah dari latihan-
latihan yang keras, Allah akan mengaruniakan kepada kita
penghayatan dan kenikmatan shalat, dan berbagi manfaat yang
dapat k
ita peroleh darinya.
Akhirnya, semoga rangkaian tulisan sederhana ini dapat—
jika orang lain memang mendapatkan manfaat dari membaca-
nya—berguna juga buat diri saya, sekaligus menjadi wasilah bagi
turunnya pertolongan Allah untuk menganugerahkan peng-
hayatan, dorongan kenikmatan, dan manfaat-manfaat shalat
kepada diri saya sendiri
dan keluarga saya.
Taqabbal
, ya Allah! Buat Apa Sholat?

Setapak, KL, 15 Ramadhan 1427 H

Haidar Bagir

Download ebooknya klik : DISINI

Saturday, February 15, 2014

Peluang Bisnis Gado-Gado Rumahan

Namun tau kah anda gado-gado ini adalah makanan khas betawi, yang dulunya makana ini disediakan untuk para tamu undangan ketika sedang hajatan, baik itu pernikahan maupun khitanan.
Seiring berkembangnya waktu makan gado-gado ini menjadi peluang bisnis rumahaan yang menjanjikan. Karena pembuatannya yang tidak begitu sulit, bahkan bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan dan murah lagi.
http://bjk32cikarang.blogspot.com/

 
Design by Free WordPress Themes | Rahasia Wesbite Pemula | Toko Aksesoris Pria