|
Hati |
Hati - Kalau
jantung menjadi pengontrol raga, maka hati menjadi pengendali jiwa.
Jika detak jantung berperan vital bagi kualitas kesehataan tubuh, maka
hati menjadi barometer jiwa. Bagi anggota tubuh, hati tak sekedar
barometer tapi juga pengendali jiwa.
Begitu pentingnya masalah hati, tak heran kalau Aa Gym menjadikan kata ini sebagai brand
lembaganya. Beliau menyebut sistem bisnis dan usahanya dengan manajemen
qalbu. Manajemen hati. Yusuf Mansur juga tak mau ketiggalan beliau juga
meletakan kata ‘hati’ pada lembaga yang beliau pimpin : Wisata Hati.
Bagi
anggota tubuh, hati adalah barometer kesehatan jiwa. Jika penyakit
sudah bersarang di hati seseorang, maka jiwanya akan terganggu. Penyakit
riya’, dengki dan sombong yang mengotori hati akan membuat kondisi jiwa
seseorang tidak sehat. Jiwanya tidak stabil.
Inilah
makna hadits Rasulullah sebagaimana diriwayatkan Bukhari dan Muslim,
dalam jasad seseorang ada sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah
seluruh jasadnya. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh jasadnya.
Ketahuilah, segumpal daging itu adalah hati. Ya, hati.
Seperti
tubuh, hati menjadi barometer kesehatan jiwa. Demikian juga dengan
kondisi masyarakat. Bagaimana kondisi kalian, begitulah kondisi kalian
dipimpin. Kalau masyarakat adalah tubuh maka hati merupakan pemimpinya.
Kita tak mungkin bisa melahirkan pemimpin jujur kalau keseharian kita berselimut
kebohongan.
Kita tak mungkin mendapatkan pemimpin amanah kalau keseharian kita
berkubang kemunafikan. Pemimpin jujur dan amanah, lahir dari masyarakat
yang terpercaya.
Inilah yang menjelaskan mengapa para sahabat Rasulullah saw tidak
kesulitan menemukan pemimpin setelah beliau wafat. Sebab, Rasulullah saw
telah mempersiapkannya. Beliau telah mengkader para sahabatnya.
Kemampuan mereka telah berada diatas rata-rata. Hampir semua dari
mereka, begitu. Secara moral dan professional mereka baik. Para sahabat
nabi adalah penghapal al-qur’an, berakhlak mulia dam memiliki komitmen
yang tinggi terhadap kebenaran. Jadi, siapapun yang terpilih menjadi
pemimpin, ia telah memenuhi syarat kelayakan. Yang diperlukan hanyalah
menyesuaikan karakter pemimpin dengan zamannya. Tugas para sahabat kala
itu adalah memilih orang-orang baik diantara orang-orang baik.
Kalau kini kita kesulitan mendapatkan pemimpin yang layak, sangat
sangat bisa dijelaskan. Kondisi masyarakat kita saat ini memang tak bisa
melahirkan pemimpin baik.
Tugas kita adalah mengkondisikan Rahim masyarakat agar layak untuk
melahirkan pemimpin. Itu, tak bisa seperti main sulap dengan membaca
“simsalabim, abracadabra,” lantas semua berubah. Bukan juga seperti
kerja sangkuriang yang diminta merampungkan kerja dalam waktu semalam
sebelum ayam jantan berkokok. Ia butuh tahapan, ia butuh waktu.
Semoga hati anda terhibur.
0 comments:
Post a Comment
Terima Kasih telah berkunjung ke blog ini
silahkan komentar, komentar anda sangat saya hargai untuk perkembangan blog ini
Salam Berbagi berkah